Kamis, 21 Mei 2015

iklim sekolah

Diposting oleh Unknown di 02.14 0 komentar


IKLIM SEKOLAH
Pengertian Iklim Sekolah
Moos (1979:81) mendefinisikan iklim sekolah sebagai pengaturan suasana sosial atau lingkungan belajar. Iklim sekolah adalah lingkungan remaja yang ramah, santai, sopan, tenang, dan enerjik. Keseluruhan iklim sekolah dapat ditingkatkan oleh sikap dan perilaku positif dari para siswa dan guru. Iklim sekolah berkaitan dengan lingkungan yang produktif dan kondusif untuk belajar siswa dengan suasana yang mengutamakan kerjasama, kepercayaan, kesetiaan, keterbukaan, bangga, dan komitmen. Iklim sekolah juga berkaitan dengan prestasi akademik, moral fakultas, dan perilaku siswa. Iklim sekolah menengah yang optimal adalah iklim sekolah yang responsif terhadap perkembangan kebutuhan setiap siswa, merangsang pertumbuhan pribadi dan akademik.
Secara umum asas-asas pengembangan iklim sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Kerjasama tim (team work)
2.    Kemampuan
3.    Keinginan
4.    Kegembiraan (happiness)
5.    Hormat (respect)
6.    Jujur (honesty)
7.    Disiplin (discipline)
8.    Empati (empathy)
9.    Pengetahuan dan Kesopanan
Jenis-Jenis Iklim Sekolah
Halpin dan Don B. Croft dalam Burhanuddin (1990: 272), mengemukakan bahwa iklim-iklim organisasi sekolah itu dapat digolongkan sebagai berikut :
a.    Iklim Terbuka Yaitu suasana yang melukiskan organisasi sekolah penuh semangat dan daya hidup, memberikan kepuasan pada anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Tindakan-tindakan pimpinan lancar dan serasi, baik dari kelompok maupun pimpinan. Para anggota kelompok mudah memperolehkepuasan kerja karena dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik, sementara kebutuhan-kebutuhan pribadi terpenuhi.
Iklim sekolah terbuka didasarkan pada rasa hormat, kepercayaan dan kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru, manajemen sekolah dan peserta  didik untuk terlibat dan kooperatif dengan satu sama lain. kepala sekolah terbuka serta dapat menerima kritik dan saran, menghargai kompetensi profesional guru, memfasilitasi kebutuhan guru tanpa adanya pembatasan. selain itu perilaku guru mendukung interaksi terbuka dan profesional serta hubungan kelegial tinggi, saling mengenal antar pribadi, dan saling bekerja sama serta komitmen terhadap pekerjaannya. Sedangkan iklim tertutup merupakan kebalikan dari iklim terbuka.
b.    Iklim Bebas, melukiskan suasana organisasi sekolah, dimana tindakan kepemimpinan justru muncul pertama-tama dari kelompok. Pemimpin sedikit melakukan pengawasan, semangat kerja pertama muncul hanya karena untuk memenuhi kepuasan pribadi. Sedangkan kepuasan kerja juga muncul, hanya sajak adarnya kecil sekali.
c.    Iklim Terkontrol, bercirikan “impersonal” dan sangat mementingkan tugas, sementara kebutuhan anggota organisasi sekolah tidak diperhatikan. Dan adanya anggota kelompok sendiri pada akhirnya hanya memperhatikan tugas-tugas yang ditetapkan pemimpin, sedangkan perhatian yang ditujukannya pada kebutuhan pribadi relatif kecil.
d.   Iklim yang Familier adalah suatu iklim ysng terlalu bersifat manusiawi dan tidak terkontrol. Para anggota hanya berlomba-lomba untuk memenuhi tuntutan pribadi mereka, namun sangat sedikit perhatian pada penyelesaian tugas dan kontrol sosial yang ada kurang diperhatikan.
e.    Iklim Keayahan, Organisasi sekolah demikian bercirikan adanya penekanan bagi munculnya kegiatan kepemimpinan dari anggota organisasi. Kepala sekolah biasanya berusaha menekan atau tidak menghargai adanya inisiatif yang muncul dari orang-orang yang dipimpinnya. Kecakapan-kecakapan yang dimiliki kelompok tidak dimanfaaatkannya untuk melengkapi kemampuan kerja kepala sekolah.
f.     Iklim Tertutup, para anggota biasanya bersikap acuh tak acuh atau masa bodoh.
Organisasi tidak maju, semangat kerja kelompok rendah, karena para anggota di samping tidak memenuhi tuntutan pribadi, juga tidak dapat memperoleh kepuasan dari hasil karya mereka.
Iklim Sekolah yang Kondusif
Iklim sekolah yang kondusif akademik baik fisik maupun non fisik merupakan landasan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan produktif. Oleh karena itu, sekolah perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk menumbuhkembangkan semangat dan merangsang nafsu belajar peserta didik. Dengan iklim yang kondusif diharapkan tercipta suasana yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Iklim yang kondusif menurut Mulyasa (2004: 23) mencakup : Lingkungan yang aman, nyaman dan tertib. Ditunjang oleh optimisme dan harapan warga sekolah. Kesehatan sekolah. Dan Kegiatan-kegiatan yang berpusat pada perkembangan peserta didik. Seperti halnya iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan menurut Mulyasa (2004:120).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Sekolah
Anorogo dan Ninik mengemukakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi iklim organisasi:

1. Disiplin Kerja
2. Kepuasan Kerja
3. Etos kerja
4. Komunikasi
5. Stress dan Konflik


Sementara Cherington menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi  iklim organisasi:

1. Nilai manajemen
2. Gaya Kepemimpinan
3. Kondisi Ekonomi
4. Struktur Organisasi
5. Karakteristik anggota
6. Besarnya organisasi
7. Hubungan pegawai dan atasan


file:///G:/psikolog/IklimOrganisasidi Sekolah ~ Time is money.htm
file:///G:/psikolog/Iklim Sekolah _ Wahyu Mirza.htm

dukungan sosial

Diposting oleh Unknown di 02.13 0 komentar


Dukungan Sosial

Pengertian Dukungan Sosial
Menurut Cobb (1976, dalam Sarafino, 1997), dukungan sosial diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain Cohen dan Wills (1985, dalam Bishop, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri.

Komponen Dukungan Sosial
          Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994) membagi dukungan sosial ke dalam enam bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain, yaitu: guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social integration, dan opportunity to provide nurturance. Komponen-komponen itu sendiri dikelompokkan ke dalam 2 bentuk, yaitu instrumental support dan emotional support.
          Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai enam komponen dukungan sosial dari Weiss (dalam Cutrona, 1994):
a. Instrumental Support
1. Guidance (bimbingan) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat berupa pemberian feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah dilakukan individu (Sarafino, 1997).
2. Reliable alliance, merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila ia menghadapi masalah dan kesulitan.

b. Emotional Support
1. Attachment ; Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu (Cutrona, dkk., 1994) yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerima. Kedekatan dan intimacy merupakan bentuk dari dukungan ini karena kedekatan dan intimacy dapat memberikan rasa aman.
2. Reassurance of worth; Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu (Cutrona, dkk., 1994). Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan dihargai. Contoh dari dukungan ini misalnya memberikan pujian kepada individu karena telah melakukan sesuatu dengan baik.
3. Social Integration; Cutrona, dkk. (1994) dikatakan dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok.
4. Opportunity to provide nurturance; Dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.

Sumber-Sumber Dukungan Sosial
          Goetlieb (1983) menyatakan ada dua macam hubungan dukungan sosial, yaitu pertama, hubungan profesional yakni bersumber dari orang-orang yang ahli di bidangnya, seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun pengacara, dan kedua, hubungan non profesional, yakni bersumber dari orang-orang terdekat seperti teman, keluarga. Faktor-faktor terbentuknya dukungan sosial Myers (dalam Hobfoll, 1986) mengemukakan bahwa sedikitnya ada tiga faktor penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan yang positif,diantaranya:
a. Empati, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuanmengantisipasi emosi dan motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
b. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk menjalankan kewajiban dalam kehidupan.
c. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan, informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan kondisi hubungan interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran secara timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan menyediakan.




Dimensi dukungan sosial
House (dalam Smet, 1994) membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial, antara lain :
a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
b. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orangorang lain, contohnya dengan membandingkannya dengan orang lain yang lebih buruk keadaannya.
c. Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang-orang memberi pinjaman uang kepada orang itu.
d. Dukungan informatif, mencakup memberikan nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial
Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan sosial atau tidak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Faktor dari penerima dukungan (recipient), Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia tidak suka bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu bahwa ia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif untuk memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain, atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.
b. Faktor dari pemberi dukungan (providers), Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya.

hubungan sosial

Diposting oleh Unknown di 02.12 0 komentar


HUBUNGAN SOSIAL

Pengertian Hubungan Sosial
Kita selalu berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, kita saling membutuhkan pertolongan orang lain untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain. Hubungan dengan orang lain disebut dengan proses sosial. Dan proses sosial inilah yang menumbuhkan adanya hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Hubungan sosial ialah hubungan yg terwujud antara individu dan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok sebagai akibat dari hasil    interaksi antar sesama mereka.
Pengertian hubungan sosial hampir sama dengan interaksi sosial. Namun, hubungan sosial memiliki pengertian yang lebih luas, karena dalam hubungan sosial ada emosi atau perasaan yang muncul saat berkomunikasi. Contoh hubungan sosial yaitu gotong royong.
Tindakan seseorang dapat mempengaruhi dan mengenai kepada pihak lain. Ada 2 jenis tindakan, yaitu :
1.         Apabila hubungan sosial antara individu satu dengna individu lain bersifat langsung (contoh : sentuhan, percakapan ataupun tatapmuka). Maka, telah terjadi apa yang dikenal dengan kontak sosial.
2.         Apabila hubungan sosial tersebut berlangsung secara timbal balik. Maka, menyebabkan terjadinya interaksi sosial.

Faktor-Faktor  Hubungan Sosial
            Ada 2 faktor yang mendasari terjadi hubungan sosial, diantaranya ialah:
1)        Faktor Internal ( Dari Dalam )
a.     Keinginan untuk mempertahankan hidup.
b.    Keinginan untuk melakukan komunikasi dengan sesama.
c.     Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d.    Keinginan untuk meneruskan keturunan.
2)        Faktor Eksternal ( Dari Luar )
a.    Imitasi, yaitu cara meniru orang lain baik dalam wujud sikap, penampilan, tingkah laku maupun gaya hidup. Contoh : meniru mode rambut artis idola.
b.    Identifikasi, yaitu kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Proses identifikasi lebih mendalam dibandingkan imitasi. Contoh : adik yang selalu ingin sama dengan kakaknya.
c.    Simpati, yaitu perasaan yang timbul dalam diri seseorang yang membuatnya merasa merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain. Contoh : ketika kita mengetahui teman kita terkena bencana alam kita juga merasakan kesedihan ( simpati ) dan berusaha membantunya ( empati ).
d.   Empati, yaitu perasaan sedih yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu uang bisa meringankan beban orang lain yang menderita. Empati hampir sama dengan simpati. Contoh: ketika kita mengetahui teman kita terkena bencana alam kita juga merasakan kesedihannya (simpati) dan berusaha membantunya ( empati ).
e.    Motivasi, yaitu pengaruh yang diberikan oleh seseorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti aoa yang dimotivasikan itu secara kritis, rasional dan penuh penuh rasa tanggungjawab. Contoh : tugas yang diberikan oleh guru akan dikerjakan murid dengan sebaik-baiknya.
Seseorang yang melakukan hubungan sosial selalu memiliki tujuan-tujuan tertentu, antaralain ialah :
·         menjalin hubungan persahabatan;
·         menjalin hubungan usaha;
·         mendiskusikan sebuah persoalan;
·         melakukan kerja sama; dll.
Tujuan tersebut akan tercapai jika proses sosial sosial berjalan lancar. Proses sosial dalam hubungan sosial memiliki dua syarat untuk mencapai sebuah keharmonisan, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial
a.    Proses Asosiatif ada 4, yaitu :
1. Kerjasama artinya usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama.
2. Akomodasi artinya proses pemulihan hubungan baik antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya mengalami suatu sengketa.
3. Asimilasi artinya proses kerjasama yang sangat harmonis dengan membentuk suatu kesatuan yang homogen.
4. Akulturasi artinya suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur suatu kebudayaan asing.
b.  Proses Disosiatif ada 3, yaitu :
1. Persaingan (Kompetisi) adalah suatu proses sosial yang terjadi karena individu atau kelompok saling bersaing mencari keuntungan. contoh: persaingan ekonomi, kebudayaan, ras, dan peranan.
2. Kontravensi adalah ketidakpastian mengenai diri seseorang atau perasaan tidak suka yang disembunyikan. contoh: kontravensi dalam masyarakat, kontravensi bidang seks, dan kontravensi parlementer.
3. Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu/kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan disertai ancaman dan kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan: Perbedaan antara individu-individu, Perbedaan kebudayaan, Perbedaan kepentingan, Perubahan sosial.

file:///G:/psikolog/Pengertian Hubungan Sosial Dan Faktornya _ Febrian Home.htm
file:///G:/psikolog/My Stories Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial dan Contohnya (2).htm
file:///G:/psikolog/BLOG OF ASEP RY HUBUNGAN SOSIAL DI MASYARAKAT.htm
 

cinta ilmu Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review